Sequis: Asuransi Jiwa | Asuransi Kesehatan | Investasi di Indonesia - Sequis - Your Better Tomorrow

Detoks Media Sosial Selama Pandemi Covid-19

3 Pebruari 2021



Media sosial bak dua sisi mata uang. Di satu sisi, media sosial memberikan banyak manfaat. Contohnya, membantu kita terkoneksi dengan teman lama dan menambah teman baru dari berbagai belahan dunia. Manfaat lain adalah kemudahan mendapat informasi secara cepat hingga membantu banyak orang untuk mempromosikan bisnisnya.

Akan tetapi, media sosial juga memiliki sisi gelap yang bisa merusak mental seseorang. Beragam berita hoaks, pencurian data, kecanduan media sosial hingga takut ketinggalan informasi atau yang biasa disebut FOMO (Fear of Missing Out) bahkan depresi menjadi rentetan hal-hal buruk yang mengancam penggunanya. Ancaman itu rasanya makin meningkat selama pandemi covid-19 karena masyarakat lebih sering di rumah dan menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya.

Nantinya, efek buruk itu berpotensi mengganggu kesehatan jiwa seseorang. Terutama efek dari FOMO. Tanda-tanda seseorang sudah FOMO adalah selalu tampil sempurna di media sosial, terlalu pusing dengan respons netizen (like atau comment) atas unggahannya, serta berusaha untuk paling update tentang masalah atau kegiatan yang sedang tren. Rasa cemas juga akan muncul ketika seseorang ketinggalan informasi serta merasa kesal dan kecewa jika orang lain lebih tahu hingga merasa tampilan Anda ketinggalan zaman dibanding yang terlihat di media sosial.

Bila sudah candu media sosial dan terkena sindrom FOMO, ada baiknya untuk rehat sejenak dari beragam aplikasi media sosial yang saat ini beredar. Detoks bisa dimulai dengan mulai membiasakan untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Lalu, usahakan untuk tidak meletakkan ponsel di dekat tempat tidur. Dengan begitu, Anda tidak akan langsung mencari ponsel saat kesulitan untuk tidur.

Kesulitan melakukan keduanya? Paling simpel adalah dengan membatasi waktu akses berselancar di media sosial. Misal, Anda hanya bisa menggunakan media sosial selama 1 jam selama satu hari. Bagi waktu tersebut menjadi empat sesi. Misal, 15 menit saat pagi hari, 15 menit saat istirahat makan siang, 15 menit saat 'ngopi sore', dan 15 menit setelah makan malam. Ada banyak aplikasi yang bisa membantu mengingatkan Anda ketika sudah mencapai batas waktu yang ditetapkan.  

Pergi ke Ahli Bila Rasa Cemas Meningkat
Kesehatan mental tidak boleh dipandang sebelah mata. Seseorang harus ditangani oleh profesional bila kecanduan media sosial sudah mengakibatkan gangguan kejiwaan yang lebih berat. Biasanya, rasa cemas makin meningkat ketika sudah memikirkan biaya yang harus dikeluarkan. Di sinilah peran asuransi sangat berperan besar. 

Bagi mereka yang telah memiliki asuransi, rasa cemas pada jumlah tagihan rumah sakit masih bisa dikendalikan sebab biayanya akan ditanggung oleh perusahaan asuransi dengan nilai pertanggungan sesuai yang tercantum pada polis. Dengan demikian, pasien dapat berfokus pada proses penyembuhan, sementara tabungan dan aset yang dimiliki keluarga tetap terjaga.

Sequis menyadari bahwa biaya konsultasi ke psikolog termasuk sangat tinggi sehingga Sequis melalui unit bisnisnya MiPOWER menghadirkan produk MiProtection yang menanggung biaya untuk konsultasi kesehatan mental ke psikolog. 

Dengan memiliki MiProtection, sejumlah biaya untuk kesehatan mental dapat dialihkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung jika milenial perlu berkonsultasi dengan psikolog sehingga keuangan milenial pun dapat tetap terjaga.  Ia pun mengimbau para milenial agar tidak terjebak pada konsep perfeksionisme dan tidak fokus pada membangun image di media sosial semata karena bisa menggerus keuangan mereka. Boleh saja mengikuti gaya hidup kekinian sebutnya, tetapi generasi milenial perlu cerdas finansial, yaitu dengan melengkapi diri sejak muda dengan asuransi MiProtection agar memiliki kesempatan meraih hari esok yang lebih baik.

Butuh bantuan ?