Jakarta, 4 Desember 2018 - Penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan paling sulit terdeteksi gejalanya*. Salah satu penyebab terjadinya penyakit jantung koroner terjadi karena adanya aliran darah ke jantung yang terhambat oleh lemak. Penimbunan lemak dalam pembuluh darah arteri jantung ini dikenal dengan istilah aterosklerosis. Selain mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga menyebabkan terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah. Sehingga, aliran darah ke jantung terblokir dan terjadi Infark Miokard (serangan jantung).
Gaya hidup modern yang minim aktivitas dan gerakan fisik serta pola makan yang tidak sehat, kurang istirahat, tingkat stres tinggi, pola makan yang berlebihan (terlalu banyak kalori, gula, tepung, gluten, dan garam), merokok, dan mengonsumsi alkohol termasuk kebiasaan yang harus diubah karena dampak dari kebiasaan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner.
Adapun penderita jantung di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan RI hampir 40% berada pada rentang usia 44 tahun ke bawah. 22% diantaranya bahkan masih dalam usia produktif. Data Departemen Kesehatan pada 2014 juga menunjukkan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke yakni sebesar 12,9%. Fakta tersebut harusnya menjadi alarm agar kita mulai peduli untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiosvaskular.
Untuk itu, disarankan melakukan cek kesehatan secara berkala. “Tes darah untuk memeriksa kadar natrium, kalium, albumin, dan kreatinin sangat disarankan untuk mendeteksi dini penyakit jantung. Tingkat abnormal bisa menunjukkan adanya masalah pada organ tubuh seperti ginjal, hati, dan adanya tanda gagal jantung. Tes darah juga dapat mengukur kadar kolesterol yang berpengaruh pada kesehatan jantung," ujar Health Claim Senior Manager Sequis dr. Yosef Fransiscus.
Namun, tekanan darah bisa naik atau turun. Hal ini tergantung pada usia, kondisi jantung, emosi, aktivitas, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. "Saat sedang tinggi tidak berarti Anda memiliki tekanan darah tinggi. Anda perlu mengukurnya pada waktu yang berbeda ketika Anda sedang beristirahat untuk mengetahui angka-angka khas Anda saat rileks," tambah dr Yosef.
* Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, atau sekitar 31% dari seluruh kematian di dunia. Serta ada sekitar 8,7 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Tindakan Preventif Untuk Menjaga Jantung
Salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung adalah menjalankan gaya hidup sehat yaitu memperhatikan pola makan dan berolah raga. Pola makan yang dimaksud seperti banyak mengonsumsi serat dan protein nabati ketimbang karbohidrat dan lemak. Mengurangi konsumsi garam dan gula serta minum air mineral sekurangnya 3 liter sehari, 1 gelas per jam yang setara dengan 13 gelas plastik kecil 240 ml. Puasa makan 1x dalam seminggu juga baik untuk memberikan kesempatan lambung dan usus sempat bersih alami dan dapat memproses makanan dengan baik.
“Selain memperhatikan pola makan, rutinlah berolahraga sekitar 3-5 kali seminggu dengan durasi sekitar 60 menit (1 jam). Pilihlah olahraga yang tidak terlalu berat. Karena pada pasien jantung, olahraga kompetitif dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah” imbuh dr Yosef. Adapun olahraga baik dilakukan untuk menjaga stamina tubuh namun memiliki batas toleransi. Jika sudah pernah terkena penyakit jantung maka sebaiknya menghindari olahraga yang kompetitif seperti futsal, basket, tenis, dan sejenisnya. Ia menyarankan agar pasien jantung melakukan olahraga yang terarah, terukur, dan low impact seperti yoga, pilates, sepeda, jalan sehat, dan berenang. Olahraga yang dapat memicu pelepasan hormon endorfin adalah olahraga terbaik bagi penyakit jantung. Tentunya intensitasnya pun juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Miliki Perlindungan Asuransi Sejak Dini
Berbicara mengenai perawatan medis untuk penyakit jantung akan erat kaitannya dengan kebutuhan perlindungan asuransi seperti asuransi kesehatan dan penyakit kritis. Hal ini karena biaya medis untuk perawatan di rumah sakit sangat tinggi dan perlu melakukan pemeriksaan secara rutin.
Serangan penyakit jantung juga sering kali tidak disadari oleh penderitanya dan belum banyak orang yang menyadari untuk melakukan pemeriksaan dini dan rutin. Bayangkan jika tidak memiliki asuransi kesehatan dan penyakit kritis, selain sulit mendapatkan perawatan yang berkualitas juga dapat menguras aset dan finansial keluarga. Padahal mencegah tentu lebih baik sebelum terlambat.
Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan klaim kesehatan sepanjang kuartal kedua tahun 2018 mencapai Rp4,72 triliun meningkat 9,1%. Peningkatan ini menandakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tumbuh terhadap produk asuransi kesehatan. Pada kuartal 3 tahun 2018, Sequis Life telah membayar klaim kesehatan kepada nasabahnya sebesar Rp186 miliar.
Head of Corporate Branding, Marketing and Communication Sequis Felicia Gunawan mengatakan hari esok yang lebih baik harus dipersiapkan karena risiko dapat terjadi kapan saja. “Kesehatan adalah modal awal dan investasi menuju hari esok yang lebih baik. Mengingat bahwa penyakit, kecelakaan, dan kematian adalah hal-hal tidak terduga dan tidak bisa dihindari maka penting untuk memiliki asuransi sejak dini. Terlebih pada saat usia masih muda dan produktif. Ketika keluarga terlindungi dengan asuransi maka masa depan dan impian keluarga akan dapat terwujud, ” ujarnya.
Kata Felicia, Sequis secara rutin mensosialisasikan pentingnya memiliki perlindungan terhadap risiko hidup seperti sakit, kematian yang berdampak pada finansial keluarga yang bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja melalui kampanye Plan The Unplanned. Menurutnya, Sequis memanfaatkan berbagai saluran komunikasi seperti sosial media Sequis, situs Sequis, buletin internal perusahaan serta media massa untuk mensosialisasikan pentingnya mempraktekkan gaya hidup sehat dan memiliki perlindungan kesehatan seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi penyakit kritis.
Adapun Sequis menghadirkan rangkaian produk asuransi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah SEQUIS MY CRITICAL PROTECTION, yang menyediakan 3 pilihan rencana perlindungan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, preminya juga sangat terjangkau mulai dari Rp 28.500,- saja per bulan. Produk ini memiliki manfaat meninggal dunia dan penyakit kritis untuk usia 17 tahun sampai 55 tahun dengan masa pertanggungan maksimal sampai dengan ulang tahun tertanggung yang ke–59. Produk ini bisa didapatkan tanpa pertanyaan kesehatan, melindungi terhadap 3 penyakit kritis yakni serangan jantung, kanker, dan stroke. Asuransi penyakit kritis ini ditawarkan melalui SuperYou by Sequis (https://online.sequis.co.id)
Untuk informasi lebih lengkap mengenai produk-produk Sequis, Anda dapat mengunjungi www.sequis.co.id atau menghubungi Sequis Care di nomor telepon (62-21) 2994 2929 atau melalui email ke care@sequislife.com. Kunjungi kami di www.sequis.co.id untuk mendapatkan informasi menarik mengenai Sequis di Fan page Sequislife OFFICIAL, twitter @SequisOFFICIAL dan instagram @sequisofficial.