Sequis: Asuransi Jiwa | Asuransi Kesehatan | Investasi di Indonesia - Sequis - Your Better Tomorrow

Ketahui Diabetes Pada Anak Sebelum Terlambat

13 November 2018



Ketahui Diabetes Pada Anak Sebelum Terlambat

Sequis Dorong Keluarga Indonesia Peduli Hidup Sehat & Tekan Prevalensi Diabetes Melitus

Devi tidak pernah menyangka bahwa buah hatinya Adi yang berusia 10 tahun divonis menderita diabetes. Ia memang melihat ada perubahan pada kebiasaan anaknya. Porsi makan jadi lebih banyak karena sering lapar. Namun Devi mulai merasa ada yang tidak wajar  dengan Adi karena sekali pun porsi makan yang lebih banyak tapi berat badan Adi bukannya naik malah turun. Namun, karena Devi tidak memiliki pengetahuan tentang diabetes dan keluarganya pun tidak ada yang memiliki riwayat diabetes, Ia tidak pernah mengikuti informasi tentang penyakit diabetes dan tidak pernah menduga bahwa anaknya menderita diabetes.

Hal yang dialami Devi sebenarnya sering dialami oleh beberapa orang tua. Mereka bingung ketika fisik dan kesehatan anak mulai menurun. Ketika anak dibawa konsultasi ke dokter, orang tua pun menjadi kaget karena anak divonis mengidap diabetes. Banyak orang mengira bahwa diabetes hanya terjadi pada orang dewasa, tak terpikir bahwa anak pun dapat mengidap diabetes.  

Dr Rochsismandoko, SP. PD, KEMD, FINASIM, FACE Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Endokrin Metabolik dan Diabetes Omni Hospitals Alam Suteramengatakan ada beberapa tanda fisik yang menunjukkan gejala diabetes pada anak yang bisa diketahui orang tua seperti sering merasa haus, lebih sering buang air kecil hingga ngompol. Sering merasa lapar walau sudah makan dalam porsi banyak akan tetapi berat badan terus menurun dan bisa terjadi dalam waktu singkat. Tanda lainnya seperti anak sering merasa lelah dan lesu. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu mengolah gula menjadi energi sehingga anak mudah lelah, mudah marah, dan sering murung. Jika Anda menemukan infeksi jamur pada area vagina anak perempuan atau ruam popok karena jamur pada bayi, sebaiknya juga waspada.

“Jika gejala-gejala tersebut di atas terlihat pada anak Anda, segeralah konsultasi ke dokter anak atau ahli gizi sebagai langkah terbaik mengenal dan menangani gejala penyakit diabetes. Meski gejala pun tidak dikenali orang tua, jika dibiarkan, dapat berkembang menjadi penyakit komplikasi serius dan merusak organ tubuh serta jaringan,” ujar dr Rochsismandoko.

Adapun penyakit diabetes melitus atau dikenal dengan singkatan DM merupakan gangguan metabolik pada fungsi pankreas (organ yang terletak di belakang lambung). Gangguan tersebut bisa terjadi karena sistem kekebalan salah dalam melawan ancaman yang membahayakan tubuh yaitu malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas sehingga pankreas tidak mampu menghasilkan insulin dalam jumlah yang memadai dan mengakibatkan kadar glukosa dapat meningkat tinggi. Hal ini dikenal dengan diabetes tipe 1 atau penyakit autoimun diabetes. Penyakit DM juga dapat disebabkan karena sel-sel tubuh kurang sensitif hingga tidak mampu lagi merespon insulin, dikenal dengan diabetes tipe 2 atau bisa juga terjadi karena keduanya.

Insulin merupakan hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pankreas. Berfungsi membantu membantu tubuh menyerap glukosa dari aliran darah ke sel tubuh agar kadar gula darah tetap terkontrol dan digunakan sebagai energi. Sel dalam tubuh manusia membutuhkan glukosa agar dapat bekerja dengan normal. Jika fungsi insulin terganggu, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa. Akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah sehingga kadar gula darah bisa menjadi sangat tinggi.  

 

Ancaman Diabetes Tipe 1 Pada Anak

Diabetes Tipe 1 atau dikenal dengan diabetes juvenile (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) terjadi karena produksi insulin rendah atau tidak memproduksi sama sekali. Jika tubuh kekurangan atau tidak memproduksi insulin, kadar gula darah akan meningkat drastis atau dikenal dengan hiperglikemia. Dr Rochsismandoko mengatakan penyakit ini tidak dapat dicegah dan siapa pun dapat berpotensi mengalaminya termasuk bayi. Diabetes tipe 1 terutama terjadi pada anak dan remaja.

“Jika orang tua memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM) maka anak berpotensi juga mengidap DM karena faktor genetik. Anak dengan diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh setiap hari untuk mengontrol kadar gula darahnya agar tetap seimbang,” ujarnya.

Kata dr Rochsismandoko lagi,  bila Ibu memiliki gangguan imun dan menyerang sel penghasil insulin dan kebetulan gen tersebut dominan maka bisa diturunkan pada anaknya. Walau kecenderungan ini juga tidak pasti karena aktivasi gen DM bisa disebabkan oleh banyak hal hingga memunculkan penyakit DM. Namun, ada baiknya orang tua yang terkena DM lebih waspada dengan memperhatikan aktivitas dan pola makan anak dan mempraktekkan gaya hidup sehat supaya menjadi kebiasaan anak hingga tumbuh dewasa. Hal ini juga adalah salah satu cara untuk mencegah prevalensi DM.

 

Gaya Hidup Modern Picu Diabetes 2

Beberapa tahun terakhir, penderita diabetes tipe 2 mulai meningkat dan tidak hanya ditemukan pada orang  dewasa saja. Pengidap diabetes juga ditemukan pada orang muda, remaja, dan anak. Hal ini seiring dengan meningkatnya tingkat obesitas karena tidak mempraktekkan gaya hidup sehat (aktivitas fisik, asupan makanan seimbang, dan diet yang benar). Hal ini bisa terjadi karena dipicu oleh gaya hidup modern dan serba instan.

Misalkan saja kebiasaan ngopi di kafe, kopi dengan susu atau kopi dengan pemanis dan varian rasa ditambah dengan makanan kecilnya yang memiliki kandungan gula tinggi. Belum lagi jajanan yang tampaknya menarik dan menambah selera makan padahal makanan tersebut banyak mengandung gula atau tinggi lemak serta diolah dengan cara yang tidak tepat, seperti banyak menggunakan gula, santan, dan minyak.  Hal lainnya adalah kurang istirahat dan jarang melakukan aktivitas fisik. Terutama pada anak-anak dan generasi milenial yang sangat dekat dengan gawai. Mereka bisa menghabiskan waktu dengan duduk, bermain gawai disertai memakan berbagai cemilan hingga berat badan naik tidak terkontrol.

dr Rochsismandoko mengatakan bahwa kita pun dapat mengetahui apakah seseorang menderita DM 2 melalui beberapa gejala seperti rasa haus yang berlebihan dan mulut menjadi kering, sering berkemih, sering merasa kekurangan energi hingga kelelahan yang ekstrim, terasa kesemutan pada anggota tubuh seperti rasa kesemutan pada kaki dan tangan, ada infeksi jamur berulang kali yang terjadi pada kulit, penglihatan kabur dan lambat penyembuhan jika terjadi luka.

“Gejala pada DM tipe 2 sebenarnya lebih mudah dikendalikan dengan gaya hidup sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah. Masalahnya, penderita acap kali tidak menyadari dia sudah mengidap diabetes. Jika pun sudah menyadarinya seringkali cenderung diabaikan karena penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu lama,” imbuh  dr Rochsismandoko.

 

Fisik dan Lingkungan

Health Claim Senior Manager Sequis dr.Yosef Fransiscus mengatakan bahwa diabetes tergolong penyakit yang berpotensi memakan biaya besar untuk perawatan medis dan DM type I harus terus menerus dikontrol dengan insulin. Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan perubahan pada fisik dan kebiasaan anak serta jika terjadi penurunan produktivitas.

Seharusnya anak jangan dilatih banyak makan nasi tetapi lebih banyak makan protein seperti ayam, ikan, tahu, tempe serta sayur dan buah yang tidak manis. Selain itu hindari kebiasaan makan makanan siap saji, kurangi asupan gula dan cemilan tinggi gula seperti donat, es krim, dan bantu anak agar tidak stres,” ujarnya.

Dr Yosef menyarankan agar orang tua mencari banyak referensi tentang penyakit DM dan menerapkan gaya hidup sehat fisik di dalam lingkungan keluarga. “Menekan angka diabetes dapat dimulai dari rumah. Salah satunya dengan memberikan kesempatan serta mendorong anak dan remaja agar banyak melakukan aktivitas fisik karena sangat baik untuk membantu metabolisme tubuh,” ujarnya.

Ketika seseorang telah divonis terkena DM maka Ia harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat. Hal ini karena diabetes tidak bisa disembuhkan sehingga pasien harus mengontrol penyakitnya atau sebaliknya akan menyebabkan komplikasi atau gangguan pada organ lain dalam tubuh. “Biasanya penderita DM disarankan untuk diet gula dan kalori serta olahraga. Jika pasien mematuhi dietnya dan olahraga yang cukup biasanya penderita dapat hidup panjang tanpa mengalami masalah kesehatan,”tambah dr Yosef.

Mengingat jumlah penderita diabetes dapat terus bertambah dan siapapun dapat terkena diabetes maka mencegah prevalensi diabetes diharapkan dapat menjadi salah satu fokus dari perencanaan pembangunan pemerintah. Berdasarkan  International Diabetes Federation (IDF) diabetes dapat menjadi beban global jika kita tidak bersegera mengurangi tingkat prevalensi diabetes. Hal ini karena menurut IDF bahwa sekitar 425 juta orang di dunia mengidap diabetes. Dari jumlah tersebut diperkirakan anak dan remaja di bawah usia 20 adalah pengidap diabetes tipe 1 yang mana jumlahnya telah meningkat menjadi lebih dari satu juta. Ini merupakan suatu urgensi karena jika kita tidak segera menanggulanginya, diperkirakan jumlah penderita diabetes akan meningkat menjadi 629 juta pada 2045. Pada saat yang sama jumlah orang dengan gangguan toleransi glukosa berisiko tinggi menjadi diabetes juga jumlahnya cukup tinggi yaitu lebih dari 325 juta.

 

Miliki Asuransi Kesehatan Selagi Sehat

Head of Corporate Branding, Marketing and Communication Sequis Felicia Gunawan menambahkan bahwa mengingat biaya perawatan dan pengobatan penyakit diabetes terbilang tinggi dan perawatan perlu dilakukan secara kontinu ada baiknya ketika tubuh masih sehat dan usia masih produktif segeralah lengkapi diri dan keluarga dengan perlindungan asuransi kesehatan.

“Biaya pengobatan masih menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat. Harapan kita pada saat ke rumah sakit adalah mendapatkan kesembuhan. Kenyataannya, biaya pengobatan yang tinggi pada akhirnya membuat pasien tidak kunjung sembuh, apalagi jika sudah terdiagnosa DM. Sedini mungkin perlu dicegah terjadinya komplikasi berbahaya karena biayanya akan menjadi lebih tinggi karena itu perlu mengantisipasi dengan memiliki asuransi kesehatan sedini mungkin dan juga perlu memiliki asuransi penyakit kritis,ujar Felicia.

“Diabetes dapat ditanggung oleh asuransi kesehatan termasuk pasien berusia dini atau bayi, selama bukan kondisi bawaan lahir atau kondisi yang sudah ada sebelumnya dengan masa tunggu 12 bulan. Artinya pertangggungan akan dimulai setelah melewati masa tunggu 12 bulan. Mengingat risiko sakit dapat datang kapan saja maka sebaiknya selagi masih sehat mulailah menyiapkan perlindungan berupa asuransi kesehatan dan penyakit kritis bagi diri dan keluarga,” ujar Felicia yang meyakini bahwa asuransi dapat membantu masyarakat mewujudkan hari esok yang lebih baik jika dimiliki sejak usia muda, masih produktif, dan masih sehat.

Felicia mengatakan bahwa Sequis memiliki 4 produk asuransi kesehatan yang disarankan bagi nasabahnya dan masyarakat Indonesia yaitu Sequis Q Health Easy, Sequis Q Infinite MedCare, Sequis Q Health Platinum Plus Rider serta Sequis Q Health Gold Plus. “Empat produk asuransi kesehatan ini merupakan asuransi tambahan yang dapat melengkapi produk asuransi dasar. Masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai keempat produk ini di situs Sequis yaitu www.sequis.co.id atau  dapat mengunjungi Sequis Care di nomor telepon (62-21) 2994 2929 atau melalui email ke care@sequislife.com.  

Informasi lebih lengkap mengenai *OMNI Hospitals dapat menghubungi (62-21) 2977 9999 atau kunjungi www.omni-hospitals.com. 

*OMNI Hospitals adalah salah satu rumah sakit rekanan Sequis

 -0O0-

 

KONTAK MEDIA

Lana Christy
PT Asuransi Jiwa Sequis Life
Tel: 021 5223 123 ext. 2110
lana.christy@sequislife.com

Ineke Novianty Sinaga
PT Asuransi Jiwa Sequis Life
Tel: 021 5223 123 ext. 2101

ineke.sinaga@sequislife.com

Butuh bantuan ?