Sequis: Asuransi Jiwa | Asuransi Kesehatan | Investasi di Indonesia - Sequis - Your Better Tomorrow

Mau Investasi Saham? Yuk Kenalan dengan Teori 'Sell in May"

22 Maret 2021



Dunia investasi mendadak ramai pada 2020. Tepatnya sejak pandemi covid-19 merebak di Indonesia. Anda termasuk yang masuk pasar modal pada momen itu? Bila sudah terjun ke lantai bursa, sudah seharusnya Anda mengetahui istilah-istilah yang ada di dunia investasi saham. Salah satunya teori Sell in May and Go Away. Sebuah tren yang akan terjadi dalam waktu beberapa bulan lagi

Definisi Sell In May and Go Away
Sebenarnya kalimat lengkap dari frase tersebut adalah "Sell in May and go away; Don't come back until St. Leger's Day". Seperti dikutip dari CNBC, teori itu berawal dari London, Inggris. Di sana, ada kebiasaan bangsawan, pedagang, dan bankir punya rencana berlibur saat musim panas. Sedangkan St. Leger's Day mengacu ke balapan kuda ketiga di The English Triple Crown Winners, yang melombakan kuda berdarah murni dan terjadi pada September.

Karena akan berlibur dan membutuhkan modal untuk berwisata, investor cenderung melakukan aksi jual sehingga tren Sell in May and Go Away menimbulkan periode negatif pergerakan pasar saham.

Jangka Waktu Tren Sell in May
Tren tersebut terjadi selama enam bulan, yakni antara Mei-Oktober. Bila dilihat dari data statistik yang dipaparkan oleh kontan.co.id, sejak tahun 1950, Dow Jones Industrial Average hanya mengalami kenaikan rata-rata hanya 0,3% selama periode Mei-Oktober, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat kenaikan rata-rata 7,5% selama periode November-April.

Apakah Sell In May And Go Away juga terjadi di pasar saham Indonesia?
Tren Sell In May And Go Away juga terjadi di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Buktinya, dalam kurun waktu 1995-2016 (21 tahun), tingkat kenaikan rata-rata IHSG pada Mei-Oktober hanya 0,41%. Bandingkan dengan tren pada November-April yang mencapai 16,11%.

Meski peluang tren itu berlanjut pada 2021 sangat besar, investor tidak disarankan untuk mengambil tindakan secara "membabi buta". Anomali bisa saja terjadi apalagi sejumlah pakar memprediksi IHSG bisa tumbuh 4 sampai 5 persen pada 2021.

Baca Juga
Memahami Jenis-Jenis Investasi
5 Keunggulan Investasi Reksa Dana
Pilih Menabung atau Investasi?
Memahami Strategi Investasi Jangka Panjang
Alasan Anda Harus Memiliki Investasi Jangka Panjang

Investasi Masa Depan dengan Asuransi
Kita tidak pernah mengetahui kejadian yang akan dialami esok hari. Termasuk kejadian yang bisa saja membutuhkan pengeluaran tak terduga seperti sakit atau kecelakaan. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi hal-hal tidak terduga. Dengan begitu, risiko kerugian yang diakibatkan bisa diminimalkan dengan mudah.

Asuransi merupakan produk proteksi yang memiliki banyak manfaat. Dengan adanya asuransi, semua aspek kehidupan dapat dijamin oleh produk proteksi ini, mulai dari kesehatan, pendidikan, properti, dana pensiun, hingga jiwa. Ada pula produk untuk perlindungan penyakit kritis dan dana pensiun.

Apakah asuransi bisa dipakai sebagai sarana investasi? Asuransi juga bisa menjadi sarana investasi. Misal, Anda terdaftar sebagai nasabah asuransi jiwa yang memiliki dana tunai dan perlindungan kesehatan. Lalu pada akhir masa pertanggungan Anda tidak melakukan klaim sehingga dana yang Anda miliki masih utuh dan bisa diambil dan digunakan sebagai tabungan atau membayar kebutuhan lain di hari tua.
Jangan ragu untuk mengikutsertakan diri Anda dalam proteksi di perusahaan asuransi yang tepercaya. Bila membutuhkan bantuan dalam menentukan produk paling tepat, jangan ragu menghubungi Sequis Personal Assistant di https://www.sequis.co.id Anda juga bisa menghubungi Sequis Care di nomor telepon (62-21) 2994 2929 atau email ke care@sequislife.com.

Butuh bantuan ?